
KABAR PRIANGAN
– Untuk mendeteksi awal dan memantau risiko penyakit tidak menular (PTM), Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Sejahtera yang berada di Desa Tonjong RT 1 RW 12 Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, menyelenggarakan lagi pemeriksaan kesehatan secara berkala pada hari Senin, tanggal 19 Mei 2025.
Pemeriksaan kesehatan teratur dilaksanakan di Posbindu Sejahtera, tepatnya pada hari Senin pekan ketiga setiap bulannya. Ini adalah bagian dari program yang dicanangkan oleh Puskesmas Cigeureung, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, bagi warga berumur 15 tahun dan lebih tua.
Acara kali ini mencakup pengecekan kadar glukosa dalam darah, tekanan darah, serta denyut jantung, ditambah dengan sesi edukasi tentang kesehatan. Para warga yang hadir hanya perlu mengantar Kartu Tanda Penduduk (KTP) tanpa dikenakan biaya apapun. Prosedurnya dimulai dari proses pencatatan data diri, dilanjutkan dengan pengukuran tinggi dan berat badan yang akan didampingi petugas Posbindu.
–
Dua tersangka ditetapkan oleh Kejari Sumedang terkait dugaan kasus korupsi proyek pembangunan puskesmas di Cisitu.
–
Puluhan Pelajar Sekolah Menengah Pertama Sumedang Menghadapi Uji Kesehatan Sebelum Ikut Latihan Di Asrama Militer
Selanjutnya, tim kesehatan dari Puskesmas yang berjumlah tiga anggota melakukan pemeriksaan serta penyuluhan; mereka terdiri atas seorang perawat dan dua bidan.
“Program ini penting, karena saat ini diabetes tak hanya menyerang usia diatas 20 tahun. Banyak anak muda bahkan anak-anak yang beresiko. Bahkan saat ini di Puskesmas Cigeureung sedang menangani diabetes pada anak usia 6,5 tahun dan 15 tahun,” ungkap Dayat Suwandi, perawat dan penanggung jawab Posbindu PTM RW 12.
Diabetes ada Beberapa Jenis
Dayat menjelaskan bahwa diabetes memiliki beberapa tipe. Tipe 1 disebabkan oleh autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta di pankreas, sehingga tidak bisa memproduksi insulin. Sedang Tipe 2, tubuh masih memproduksi insulin namun tidak dapat menggunakannya secara efektif.
Dayat juga mengingatkan bahwa diabetes tidak hanya terjadi pada penyandang obesitas. “Dengan adanya faktor resiko seperti riwayat diabetes di keluarga, pola makan tinggi gula, dan kurang olahraga, memungkinkan seseorang terkena diabetes,” jelasnya.
Diabetes dapat terjadi pada ibu hamil dengan istilah gestasional dan membawa risiko komplikasi selama proses persalinan. Diabetes pada anak-anak pun menjadi hal yang perlu dikhawatirkan. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, Puskesmas Cigeureung kini sedang merawat beberapa pasien anak dengan kondisi diabetes.
“Sudah pernah ada kasus di mana anak berumur 8 tahun dan 9 tahun terkena penyakit ini, bahkan sampai meninggal dunia. Kini pasien termuda adalah remaja berusia 15 tahun, masih duduk di kelas satu SMA/SMK, memerlukan injeksi insulin serta pemeriksaan kadar gula darah setiap hari dua kali. Namun tugas tersebut dapat ditangani oleh keluarganya sendiri dengan bimbingan dan latihan sebelumnya,” jelas Dayat.
Pentingnya Skrining Sejak Dini
Dia menggarisbawahi kesesuaian dari pemeriksaan awal khususnya jika muncul tanda-tanda semacam sering merasa dahaga serta frekuensi buang air kecil yang meningkat, penurunan berat badan secara bertahap, rasa lesu dan kurang berenergi.
Dalam penyelenggaraan Posbindu Sejahtera pada hari itu, dicatat ada 35 penduduk yang ikut dalam pemeriksaan kesehatan, termasuk mereka yang secara rutin mengecek kesehatannya serta orang-orang yang baru kali ini menjalani tes screening.
Jika ditemukan indikasi penyakit, peserta akan dirujuk ke Puskesmas dan dimasukan dalam Prolanis (Program Pengelolaan Penyakit Kronis) untuk pengobatan rutin dan penyuluhan lanjutan. Puskesmas Cigeureung merupakan program percontohan untuk penanganan diabetes di Kota Tasikmalaya. Bersama dengan dua Puskesmas lainnya, yaitu Tamansari dan Bantar.
Posbindu Sejahtera dirancang untuk bekerja sama dengan kegiatan Posyandu yang meliputi perawatan bagi ibu hamil, anak usia balita, serta lanjut usia. Selain itu, mereka juga menyediakan makanan sehat secara cuma-cuma seperti agar-agar, bubur kacang hijau, dan biskuit.
Kendala: Partisipasi Masyarakat
Akan tetapi, program tersebut memiliki beberapa hambatan. Dwi Endah, sebagai Ketua Kader Posbindu Sejahtera, menjelaskan bahwa tingkat partisipasi masyarakat belum mencapai 75%. Dia menambahkan, “Telah dilakukan sosialisasi melalui grup WhatsApp warga, dipublikasikan di masjid, dan kami pun sudah berbicara secara langsung kepada orang-orang, namun banyak yang masih enggan untuk memeriksanya, merasa hal itu sangat menakutkan dan cemas dengan hasil pemeriksaan bisa membuat mereka harus mengubah kebiasaan makan.”
Masalah tambahan terletak pada waktu pelaksanaan Posbindu yang bertepatan dengan jam kerja, menjadikan hal ini suatu tantangan bagi masyarakat yang sedang bekerja atau belajar. Walau begitu, upaya untuk menggalakkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG), yang meningkatkan cakupannya, masih dilanjutkan.
“Para warga dapat menjalani pemeriksaan di berbagai lokasi seperti sekolah, tempat kerja, atau puskesmas dengan mudah. Apabila ditemukan adanya hasil yang tidak optimal, laporan tersebut dapat disampaikan kepada petugas kesehatan setempat,” ungkap Dwi Endah.
Kegiatan yang Bermanfaat
Seorang partisipan bernama Yesi Susilawati (47) menyatakan bahwa acara tersebut sungguh memberikan manfaat besar baginya. Dia menambahkan, “Kegiatan ini membuat saya lebih memahami tentang kesehatan tubuh saya sendiri serta cara meningkatkan pola konsumsi makanan sehari-hari. Khusus untuk mereka yang akan pensiun, cek kesehatan seperti ini amat berguna dalam meredam berbagai keluhan fisik.” Ia hadir di Posbindu dikarenai oleh masalah pada lututnya.
Dalam rangkaian Program Posbindu Sejahtera, pihak pemerintah menggalakkan pemahaman publik tentang signifikansi deteksi awal serta manajemen faktor-faktor yang dapat memicu penyakit-penyakit kronis. Melalui bantuan konstan dan partisipasi langsung dari penduduk setempat, diharapkan tingkat kemunculan Penyakit Tidak Menular (PTM) akan menurun dan taraf kesejahteraan rakyat pun bertambah baik. ***